Catatan Dimas Salomo J. Sianipar
Last weeks were really a rush. Beberapa pekerjaan riset menyita waktu di sela-sela perkuliahan yang begitu penting. Mengolah data, melakukan analisis, menulis, validasi hasil dan diskusi adalah hari-hari yang dilalui. Dua hari terakhir ini merasa amat sangat jenuh. Titik kulminasi rasa kesadaran tentang arti visi dan bagaimana mencapai visi itu lewat misi-misi dalam kehidupan sehari-hari. Bukan visinya yang salah. Cara menjalani misi-misinya yang salah. Begadang (kurang tidur), pola makan yang kacau, saat teduh (waktu bersama Tuhan) yang sering terabaikan, kerapian dan kebersihan kurang terperhatikan. Hobi menulis tidak pernah tersalurkan lagi.
Kalau memilih prioritas hanya sekedar memilih mana yang penting dan mana yang tidak penting, itu mudah. Banyak anak muda lainnya melakukan hal itu. Pilihannya: belajar/berkarya atau bermain game. Menghadiri seminar atau nongkrong di kafe. Berdiskusi ilmiah atau jalan-jalan ke mall. Itu sudah. Apa yang menjadi prioritas pada hari-hari seorang anak muda menentukan siapa dirinya. Hasil akan sulit untuk mengkhianati proses, sudah begitu hukumnya.
Tapi (semoga aku tidak salah), prioritas di hari-hari ini ternyata berbeda (puji Tuhan). Sudah memilih mana yang lebih penting dari banyak yang penting. Semoga ini yang disebut peningkatan kualitas hidup. Menurutku, peningkatan kualitas hidup dimulai saat berubahnya pemilihan prioritas. Dari memilih mana yang penting dan mana yang tidak penting menjadi: memilih mana yang lebih penting dari banyak sekali hal yang penting. Continue reading