Catatan Dimas Salomo J. Sianipar
Last weeks were really a rush. Beberapa pekerjaan riset menyita waktu di sela-sela perkuliahan yang begitu penting. Mengolah data, melakukan analisis, menulis, validasi hasil dan diskusi adalah hari-hari yang dilalui. Dua hari terakhir ini merasa amat sangat jenuh. Titik kulminasi rasa kesadaran tentang arti visi dan bagaimana mencapai visi itu lewat misi-misi dalam kehidupan sehari-hari. Bukan visinya yang salah. Cara menjalani misi-misinya yang salah. Begadang (kurang tidur), pola makan yang kacau, saat teduh (waktu bersama Tuhan) yang sering terabaikan, kerapian dan kebersihan kurang terperhatikan. Hobi menulis tidak pernah tersalurkan lagi.
Kalau memilih prioritas hanya sekedar memilih mana yang penting dan mana yang tidak penting, itu mudah. Banyak anak muda lainnya melakukan hal itu. Pilihannya: belajar/berkarya atau bermain game. Menghadiri seminar atau nongkrong di kafe. Berdiskusi ilmiah atau jalan-jalan ke mall. Itu sudah. Apa yang menjadi prioritas pada hari-hari seorang anak muda menentukan siapa dirinya. Hasil akan sulit untuk mengkhianati proses, sudah begitu hukumnya.
Tapi (semoga aku tidak salah), prioritas di hari-hari ini ternyata berbeda (puji Tuhan). Sudah memilih mana yang lebih penting dari banyak yang penting. Semoga ini yang disebut peningkatan kualitas hidup. Menurutku, peningkatan kualitas hidup dimulai saat berubahnya pemilihan prioritas. Dari memilih mana yang penting dan mana yang tidak penting menjadi: memilih mana yang lebih penting dari banyak sekali hal yang penting.
Don’t let anyone look down on you because you are young, but set an example for the believers in speech, in conduct, in love, in faith and in purity. ( 1 Timothy 4 : 12)
Dua hari ini melakukan refleksi. Refleksi terhadap semua yang baru dijalani. Berdoa, minta ampun kepada Tuhan. Biarlah Tuhan yang menuntun hari-hari ini ke depannya. Takut akan Tuhan adalah permulaan pengetahuan. Aku percaya Tuhan itu ajaib dan selalu ada memperhatikan hidupku. Dalam refleksi ini, firman Tuhan menyatakan: jangan seorangpun menganggap aku rendah karena aku muda. Aku harus bisa menjadi teladan bagi banyak orang: lewat perkataan, tingkah laku, kasih, kesetiaan dan kesucianku. Aku harus bertekun dalam membaca firman Tuhan; dalam membangun dan mengajar.
Tuhan sudah memberkati sungguh luar biasa. Di tahun 2015 ini sudah melalui dua kali perjalanan panjang ke kota Wina, Austria. Negeri indah dengan sejuta kekayaan budaya dan seni Eropa. Kota ini seolah menjadi bayang-bayang yang tak terlupakan. Kekaguman pada birunya langit Eropa, kesejukan dan kebersihan udaranya, serta keteraturan dan kenyamanan kota ini. This city is very romantic and awesome. Itulah sebabnya ada mimpi-mimpi di kota indah ini. Semoga tetap setia bertekun hingga mimpi-mimpi itu terwujud. Hasil tidak akan mengkhianati proses, bukan? Maka haruslah aku bekerja keras dalam proses itu.
Menulis di sini ternyata membuat bahagia. Walau singkat dan sederhana. Akhirnya setelah sekian lama sulit untuk menulis ringan seperti ini. Kalau kamu mau bikin orang bahagia, kamu dulu yang harus bahagia, bukan?
Di sini aku akan bagikan betapa baiknya Tuhan dalam kehidupan ini. Betapa indahnya hidup dalam kasih Tuhan. Maukah kamu sekedar membacanya?
Pondok Betung, 01 Agustus 2015
Salam kasih,
Dimas Salomo