Statistik Gempabumi Yang (Diduga) Dipicu Tidal-Stress

Seismolog GNS Science, John Ristau mengatakan bahwa supermoon dapat menjadi salah satu faktor pemicu gempabumi Canterbury utara, Selandia Baru yang terjadi 13 November 2016 dengan kekuatan Mw 7,8 [www.newshub.co.nz, 2016].

Ketika didapatkan gaya pasang-surut yang berasosiasi dengan posisi bulan, hal itu menyebabkan peningkatan tekanan (stress) di kerak bumi sehingga kita perlu berpikir apa yang bisa dan berpotensi akan terjadi. Ketika hal tersebut terjadi pada wilayah yang berpotensi terjadi penyesaran karena ada dalam titik paling kritis-nya, hal ini membuat tidal-stress menjadi faktor pemicu yang dapat segera menyebabkan gempabumi besar.

Kemungkinan bahwa tidal-stress dapat memicu gempabumi besar ini masih menjadi perdebatan.

Ringkasan Paper Ide et al. (2016), Earthquake potential revealed by tidal influence on earthquake size–frequency statistics, Nature Geoscience [Link]

Kemungkinan bahwa stress pasang-surut dapat memicu gempabumi sudah lama diperdebatkan. Secara khusus, hubungan sebab-akibat yang jelas antara gempa-gempa kecil dan fase stress pasang-surut sulit dipahami. Continue reading

Advertisement

Sinyal Seismik Ujicoba Nuklir Korea Utara 9 September 2016

Pada tanggal 9 September 2016, stasiun-stasiun seismik di hampir seluruh dunia kembali kedatangan sinyal seismik yang tidak biasanya. Sinyal dari aktivitas seismik tidak biasa ini (unusual seismic event) ini ternyata bersumber dari wilayah Korea Utara. Berdasarkan kemiripan dengan sinyal-sinyal serupa yang telah terjadi beberapa kali sebelumnya, disimpulkan bahwa kejadian ini merupakan ujicoba nuklir bawah tanah Korea Utara yang ke-5 (atau ke-6). Continue reading

Analisis Gempa Sumatera 2 Maret 2016 Mw 7,8

Telah terjadi gempa signifikan dengan pusat gempa yang berada di 662 km sebelah barat daya Muara Siberut, Kepulauan Mentawai, Indonesia. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) segera mengeluarkan peringatan dini tsunami kurang dari lima menit sejak terjadinya gempa. Dalam pemutakhiran peringatan dini tsunami yang dikeluarkan BMKG, disebutkan pusat gempa berada pada koordinat 4,92° LS, 94,39° BT pada kedalaman 10 km. Gempa terjadi pada pukul 19:49 WIB tanggal 2 Maret 2016 ini.

GSI.active

Rekaman seismik gempa 2 Maret 2016 Mw 7,8 di stasiun GSI (Gunungsitoli, Nias)

Menurut United States Geological Survey (USGS), gempa terjadi pada pukul 12:49 UTC, dengan pusat gempa pada koordinat 4.908° LS, 94.275° BT pada kedalaman 24.0 km (14.9 mi). Episenter gempa ini berada di 659 km (409 mi) sebelah barat daya Muara Siberut, Kepulauan Mentawai. Posisi pusat gempa ini memiliki ketidakpastian ± 8.0 km untuk episenter dan ± 1.8 km untuk kedalaman. Perhitungan hiposenter gempa ini menggunakan sebanyak 124 fase gelombang seismik dengan jarak stasiun terdekat 778.79 km. Parameter gempa USGS ini cukup baik karena dihitung dengan distribusi stasiun dengan azimuthal gap sebesar 26 derajat. Sementara residual waktu tempuh perhitungan sebesar 1,59 sekon.

Posisi pusat gempa menunjukkan bahwa gempa ini kemungkinan besar tidak disebabkan oleh mekanisme subduksi lempeng. Posisi pusat gempa jauh di sebelah barat palung Sunda tempat zona subduksi berada. Berbeda dengan gempa Mentawai yang terjadi 25 Oktober 2010 yang menimbulkan tsunami. Gempa Mentawai 2010 memiliki sistem yang berbeda dengan gempa 2 Maret 2016 ini, karena gempa 2010 merupakan gempa yang terjadi pada sistem subduksi interplate. Gempa 2010 dikategorikan gempa tsunami earthquake yaitu gempa yang menimbulkan tsunami dengan magnitudo tsunami yang lebih besar dari yang diestimasi dari magnitudo seismik-nya, dikarenakan beberapa faktor yang mengamplifikasi besarnya tsunami. Jadi berbeda dengan gempa yang terjadi 2 Maret 2016 ini. Continue reading